Journey to the Moon

Yo everyone! Sekarang ini sudah malam, sudah waktunya bagi anak-anak baik untuk tidur. Tapi gimana kalau otak masih terus bekerja dan nggak membiarkan tuannya beristirahat? Tapi tunggu... Sebenarnya siapa yang memegang kuasa atas diri kita ya? Apa kita tuan dari otak kita, atau justru otak kita yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi atas diri kita karena semua perintah berasal dari otak? Pikiran-pikiran nggak jelas kaya gini nih yang bikin kita tetap terjaga meski dunia sudah terlelap!

Okay, pembukaan diatas cukup random. Tapi tulisan kali ini akan membahas soal pikiran yang muncul sebelum tidur, momen-momen untuk bergalau dan ber-baper ria.

Apa teman-teman percaya dengan yang namanya jodoh?

Aku percaya, dan aku punya sedikit cerita mengenai hal ini.

Waktu itu, aku melihat seorang perempuan yang begitu manis dan menarik secara penampilan. "Wah, cewek ini tipe gue banget!", pikirku. Selang beberapa waktu, aku seperti diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh lewat kegiatan organisasi ditempat kami belajar. Setelah menghabiskan lebih banyak waktu bersama, ternyata gadis ini punya karakter yang menyenangkan dan bonusnya, memiliki ketertarikan yang sama denganku sehingga obrolan kami nyambung banget.

Penampilan... mantap!
Kepribadian... menyenangkan!
Prospek ke depan... menjanjikan!

Aku merasa telah dipertemukan dengan seseorang yang diciptakan khusus untukku. Jodoh. 

Karpet merah telah digelar bagiku dan semuanya akan berjalan baik dan lancar apabila aku ingin menapakkan kakiku diatasnya, namun aku belum siap. Aku belum siap untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengannya, dan merasa terlalu nyaman dengan keadaan kami saat itu. I took things for granted back there.

"Terlalu sibuk nih buat pacaran...", "Masih terlalu cepaaat, PDKT dulu laah...", "Jangan buru-buru, masih mungkin ada cewek lain yang lebih baik dari dia!", dan berbagai alasan lain kugunakan untuk menutupi ketidaksiapanku untuk memulai sebuah hubungan baru. 

Aku telah menemukan bulanku, telah menaiki pesawat luar angkasaku, namun bukannya menuju bulan tersebut, aku malah berputar-putar dan berusaha mencari bulan-bulan lain meski pada akhirnya hanya akan ada satu bulan yang akan kutuju. Aku berusaha mencari bulan purnama, meski ternyata hanya bulan sabitlah yang dapat menjadi landasan pendaratanku.

Aku berkali-kali diberi kesempatan untuk kembali mengemudikan pesawatku kearahnya, tapi tetap tidak kulakukan juga. Kalau ditanya apa aku menyesal, yah... bohong kalau aku bilang tidak. Aku selalu berusaha untuk tidak menyesali apapun karena percaya bahwa apapun yang terjadi pada diriku pastinya merupakan bagian dari suatu rencana besar yang telah disiapkan bagiku, tapi untuk yang satu ini, kurasa akan tetap menjadi sebuah luka kecil yang terkadang akan kembali berdenyut saat merebahkan kepalaku diatas bantal.

I guess I've lost my moon while being too busy looking for another one.

Cheers. :)



Image courtesy from: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/61/0f/89/610f89d1e6eb2f3eb59dd93fb0198f28.jpg

Comments

Popular Posts