The Age of Anarchy
Yo,
everyone! Aku pengen membuka tulisan kali ini dengan keprihatinan yang
sedalam-dalamnya terhadap kejadian yang marak di negeri kita Indonesia tercinta
belakangan ini. Memang bukan kejadian yang besar banget sampai mengancam
kelangsungan dan kesejahteraan sosial, ekonomi, politik dan budaya bangsa dan
negara, tapi cukup untuk membahayakan dan meresahkan masyarakat kita. Kejadian
tersebut adalaaaah… pembegalan. *jeng jeng jeng*
Sebenarnya
apa sih pembegalan itu? Aku juga awalnya nggak tahu apa itu begal. Mungkin itu
makanan yang biasa dikotakin terus dibawa ke sekolah, mungkin juga itu
sakit-sakit di otot habis ngangkat beban berat? Anyway, penerawangan mbah Google menyatakan kalau pembegalan itu
adalah tindakan perampokan atau perampasan kendaraan dan atau barang berharga
yang biasa dibarengi tindakan kekerasan, bahkan pembunuhan. Nggak cuma harta
yang bisa diembat, nyawa pun terkadang bisa lepas gitu aja dari badan kalau
berurusan dengan mereka. Dengernya aja serem ya?
Menurut
beritanya, kasus pembegalan ini terjadi di banyak daerah di Indonesia, terutama
daerah Jabodetabek. Awalnya, korban dari tindakan ini hanyalah pengendara
sepeda motor yang pulang sendirian melewati jalanan sepi pada malam hari.
Namun, seiring dengan meningkatnya tingkat kewaspadaan masyarakat, pelaku
pembegalan ini pun nggak mau kalah dan melebarkan aksinya hingga ke pengendara
mobil di jalanan yang ramai. Dengan kata lain, siapa aja bisa jadi korban.
Tapi
tenang, kebajikan selalu menang. Saat ini sudah lumayan banyak pelaku
pembegalan yang ditangkap dan dihukum oleh pihak kepolisian. Interogasi
terhadap para pelaku yang ditangkap juga telah memberikan beberapa informasi
mengenai tempat mangkal geng-geng pelaku pembegalan, lokasi-lokasi yang sering
dijadikan sebagai tempat beroperasi, dan motif dari para pembegal tersebut.
Aku
nggak akan terlalu men-judge kalau
seandainya mereka terpaksa ngelakuin hal itu karena diancam atau dituntut oleh
keadaan ekonomi. Namun ironisnya, yang banyak itu justru mengaku menjalankan
kejahatan tersebut “BIAR KEREN”. Tolong seseorang, beliin gue celurit panjang
aja daripada scalpel bedah. Apa kerennya pisau kecil kilat-kilat yang nggak
lebih panjang dari sedotan itu dibanding celurit panjang yang bisa bersinar
memantulkan cahaya rembulan di malam yang gelap?
Kasus
pembegalan yang sangat meresahkan, ditambah dengan masih tingginya jumlah kasus
yang terjadi meskipun sudah banyak pelaku pembegalan yang ditangkap, membuat
masyarakat mengambil jalan tersendiri untuk menghukum dan memberikan efek jera
bagi para pembegal yang tersisa. Beberapa waktu lalu, warga di salah satu
wilayah Jabodetabek berhasil menggagalkan aksi pembegalan yang dijalankan oleh
empat orang. Tiga berhasil kabur, sedangkan satu yang tertinggal menerima buah
dari ketakutan dan kemarahan warga. Ia dibakar hidup-hidup.
Kalau
dilihat dari satu sisi, memang tindakan para warga bisa dianggap masuk akal dan
bisa memberikan shock therapy yang
hebat bagi pihak-pihak lain yang berpikiran untuk ikut menjalankan aksi yang
katanya “keren” ini. Nyawa seluruh korban pembegalan selama ini dibayar dengan
satu nyawa pembegal, bahkan satu nyawa ini juga bisa mencegah jatuhnya korban
lain dalam kasus ini. Logis kan?
Tapi,
dengan main hakim sendiri dan melanggar hukum yang berlaku di negara ini, apa
bedanya kita dengan mereka? Apa bedanya kita dengan mereka kalau kita sama-sama
mengabaikan undang-undang dan merenggut kehidupan mereka yang masih panjang dan
mungkin untuk diubah?
Aku
nggak bilang kalau para pembuat onar ini harus dibela, tapi tolonglah agar kita
jangan sampai merendahkan diri kita sendiri hingga ke level mereka. Kita
sebagai pihak yang lebih berpendidikan dan memiliki pemahaman yang lebih baik
terhadap dunia, akan lebih baik kalau kita menyerahkan kasus ini kepada pihak
berwajib.
Kalau
kita *amit-amit* jadi korban, janganlah sampai main hakim sendiri. Pembelaan
diri itu boleh dan perlu, dan aku yakin kita semua cukup intelek untuk tahu
seperti apa pembelaan diri yang baik tanpa membahayakan diri kita sendiri, dan
tanpa menghilangkan nyawa orang lain. Yang bener aja kita nggak bawa apa-apa
mau ngelawan golok gede didepan mata, iya kalau kita muridnya mendiang Bruce
Lee atau Yip Man.
Seperti
kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Hindari bepergian sendiri
di daerah yang rawan dan sepi saat malam hari, juga usahakan untuk tidak
membawa uang tunai dalam jumlah besar dan mengenakan perhiasan atau accessories
yang berlebihan. Tingkatkan pula kewaspadaan terhadap keadaan dan orang-orang
mencurigakan disekitar kita. Akhir kata, marilah kita sama-sama berdoa, dan
melakukan sebisa kita untuk mewujudkan Indonesia yang lebih tertib dan aman,
dengan masyarakat yang lebih beradab.
Cheers.
J
Nice article... keep up
ReplyDelete