Ignorance is (Not) Bliss
Yo, everyone! Mungkin teman-teman pernah mendengar sebuah pepatah dalam bahasa Inggris yang berbunyi "Ignorance is bliss"? Secara harafiah, pepatah tersebut bisa diartikan sebagai "ketidaktahuan adalah berkah". Lebih baik tidak tahu daripada tahu. Atau mungkin teman-teman sendiri sering merasa demikian?
Misalnya dalam hal berkendara. Sewaktu masih kecil dulu, teman-teman yang sering diantar oleh orang tua atau supir pasti tenang-tenang aja ketika duduk di kursi penumpang. Setelah sedikit bertumbuh dewasa dan bisa mengemudikan kendaraan sendiri, teman-teman mungkin akan merasa "Kok papa bawa mobilnya ngebut banget ya?", atau "Kok mama kalau bawa motor suka nyalip orang sih?". Setelah mengetahui cara dan etika dalam membawa kendaraan, kita jadi bisa membedakan gimana metode berkendara yang sesuai dengan kita, dan sebagai hasilnya, terkadang perjalanan bersama keluarga dengan kendaraan jadi nggak semenyenangkan dulu karena diisi dengan berbagai ketegangan di jalan.
Aku punya contoh lain yang melibatkan keponakanku yang saat ini umurnya sekitar 3 tahun, sebut aja namanya Jason. Suatu hari, kebetulan saat pertemuan keluarga, aku sempat berbincang-bincang dengan kakak sepupuku yang merupakan ibu dari Jason. Dia bercerita bahwa belum lama ini, Jason dengan polosnya menangkap seekor kecoa dengan tangan dan mengacung-acungkan kecoa tersebut ke ibunya. Sontak, ibunya langsung berteriak dan menyuruh Jason melepaskan kecoa itu, yang kemudian menghilang ke balik lemari. Setelah menginjak usia 5 tahun nanti, entah apa Jason masih berani menangkap seekor kecoa dengan tangan, karena pada usia tersebut dia seharusnya sudah tahu bahwa kecoa adalah serangga yang membawa berbagai kotoran pada tubuhnya.
Melihat dua contoh diatas, kok kesannya mengetahui banyak hal bikin kita jadi nggak bisa menikmati hidup sebebas dulu ya? Kalau kita tahu proses pembuatan produk-produk berbahan dasar kulit hewan, mungkin kita nggak mau lagi menggunakan produk tersebut. Kalau kita mengetahui bagaimana ayam goreng di kedai-kedai makanan cepat saji dimasak mungkin kita nggak mau lagi mengisi perut kita disana. Kalau kita tahu bagaimana pemandangan yang dilihat seorang dokter diatas meja operasi mungkin kita akan enggan untuk dioperasi ketika membayangkan hal yang sama akan dilakukan kepada diri kita.
Secara pribadi, aku menganggap ketidaktahuan bukanlah sebuah berkah. Seandainya kita nggak tahu cara mengemudikan kendaraan, apa kita mau selamanya bergantung pada orang lain untuk membawa kita ke tempat tujuan? Kalau kita nggak tahu bahwa kecoa itu kotor, apa kita mau ketidaktahuan tersebut menghadiahkan kita penyakit?
Justru dengan mengetahui banyak hal, kita jadi bisa membawa hidup kita kearah yang lebih baik. Dengan mengetahui apa yang harus dilalui oleh hewan-hewan yang diambil kulitnya, kita jadi semakin bisa menghargai kualitas dari produk hasil olahan kulit tersebut. Dengan mengetahui prosedur sebuah operasi, kita jadi bisa memahami jerih payah dokter yang mengusahakan operasi, dan kita pun termotivasi untuk lebih menjaga kesehatan agar tindakan operasi tersebut tidak perlu dilakukan pada kita.
Begitu juga dalam hubungan kita dengan orang lain. Terkadang, lebih baik kalau kita tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Dengan tahu pendapat mereka, kita jadi lebih bisa menentukan bagaimana harus bersikap terhadap mereka. Memberitahu orang lain mengenai hal yang kurang kita senangi dari mereka pun sebenarnya baik asal dilakukan dengan cara yang halus dan sopan. Lebih baik kita ngomong jujur daripada terus memendam rasa kesal sambil memasang topeng penuh senyum dihadapan mereka bukan?
Tulisan diatas hanyalah sebuah contoh kecil. Pada akhirnya, kita diciptakan dengan beragam alat untuk menangkap informasi dan ilmu sekecil apapun. Buka mata kita, buka telinga kita, dan buka hati kita untuk dapat menerima pengetahuan diatas bumi ini sebanyak-banyaknya.
You can never be too knowledgeable, right?
Cheers. :)
Misalnya dalam hal berkendara. Sewaktu masih kecil dulu, teman-teman yang sering diantar oleh orang tua atau supir pasti tenang-tenang aja ketika duduk di kursi penumpang. Setelah sedikit bertumbuh dewasa dan bisa mengemudikan kendaraan sendiri, teman-teman mungkin akan merasa "Kok papa bawa mobilnya ngebut banget ya?", atau "Kok mama kalau bawa motor suka nyalip orang sih?". Setelah mengetahui cara dan etika dalam membawa kendaraan, kita jadi bisa membedakan gimana metode berkendara yang sesuai dengan kita, dan sebagai hasilnya, terkadang perjalanan bersama keluarga dengan kendaraan jadi nggak semenyenangkan dulu karena diisi dengan berbagai ketegangan di jalan.
Aku punya contoh lain yang melibatkan keponakanku yang saat ini umurnya sekitar 3 tahun, sebut aja namanya Jason. Suatu hari, kebetulan saat pertemuan keluarga, aku sempat berbincang-bincang dengan kakak sepupuku yang merupakan ibu dari Jason. Dia bercerita bahwa belum lama ini, Jason dengan polosnya menangkap seekor kecoa dengan tangan dan mengacung-acungkan kecoa tersebut ke ibunya. Sontak, ibunya langsung berteriak dan menyuruh Jason melepaskan kecoa itu, yang kemudian menghilang ke balik lemari. Setelah menginjak usia 5 tahun nanti, entah apa Jason masih berani menangkap seekor kecoa dengan tangan, karena pada usia tersebut dia seharusnya sudah tahu bahwa kecoa adalah serangga yang membawa berbagai kotoran pada tubuhnya.
Melihat dua contoh diatas, kok kesannya mengetahui banyak hal bikin kita jadi nggak bisa menikmati hidup sebebas dulu ya? Kalau kita tahu proses pembuatan produk-produk berbahan dasar kulit hewan, mungkin kita nggak mau lagi menggunakan produk tersebut. Kalau kita mengetahui bagaimana ayam goreng di kedai-kedai makanan cepat saji dimasak mungkin kita nggak mau lagi mengisi perut kita disana. Kalau kita tahu bagaimana pemandangan yang dilihat seorang dokter diatas meja operasi mungkin kita akan enggan untuk dioperasi ketika membayangkan hal yang sama akan dilakukan kepada diri kita.
Secara pribadi, aku menganggap ketidaktahuan bukanlah sebuah berkah. Seandainya kita nggak tahu cara mengemudikan kendaraan, apa kita mau selamanya bergantung pada orang lain untuk membawa kita ke tempat tujuan? Kalau kita nggak tahu bahwa kecoa itu kotor, apa kita mau ketidaktahuan tersebut menghadiahkan kita penyakit?
Justru dengan mengetahui banyak hal, kita jadi bisa membawa hidup kita kearah yang lebih baik. Dengan mengetahui apa yang harus dilalui oleh hewan-hewan yang diambil kulitnya, kita jadi semakin bisa menghargai kualitas dari produk hasil olahan kulit tersebut. Dengan mengetahui prosedur sebuah operasi, kita jadi bisa memahami jerih payah dokter yang mengusahakan operasi, dan kita pun termotivasi untuk lebih menjaga kesehatan agar tindakan operasi tersebut tidak perlu dilakukan pada kita.
Begitu juga dalam hubungan kita dengan orang lain. Terkadang, lebih baik kalau kita tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Dengan tahu pendapat mereka, kita jadi lebih bisa menentukan bagaimana harus bersikap terhadap mereka. Memberitahu orang lain mengenai hal yang kurang kita senangi dari mereka pun sebenarnya baik asal dilakukan dengan cara yang halus dan sopan. Lebih baik kita ngomong jujur daripada terus memendam rasa kesal sambil memasang topeng penuh senyum dihadapan mereka bukan?
Tulisan diatas hanyalah sebuah contoh kecil. Pada akhirnya, kita diciptakan dengan beragam alat untuk menangkap informasi dan ilmu sekecil apapun. Buka mata kita, buka telinga kita, dan buka hati kita untuk dapat menerima pengetahuan diatas bumi ini sebanyak-banyaknya.
You can never be too knowledgeable, right?
Cheers. :)
Image copyright from: http://1.bp.blogspot.com/_JTqY5H6nZvE/TBZKrI9MPsI/AAAAAAAACao/eYM-K3-XTHQ/s1600/sanzaru.jpg
Comments
Post a Comment