You Save Them, but Who Saves You?

Yo everyone! Kembali lagi bersama Kris dengan segudang buah pikiran random yang muncul di waktu senggangnya! Oke, karena saat ini aku sedang dalam masa liburan, aku jadi punya lebih banyak kesempatan untuk menyegarkan blog ini kembali dengan tulisan-tulisan kecilku.

Saat ini, aku baru saja menyelesaikan pendidikan kedokteranku di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, dan tinggal menunggu hari-H untuk mengucapkan Sumpah Dokter. Jurusan pendidikan apapun pastilah memiliki kesulitannya masing-masing, begitu pula dengan fakultas kedokteran. Setelah melewati semua ini, kurasa aku boleh merasa sedikit lebih bangga, kan? ;)

Seperti yang teman-teman tahu, mungkin lewat tulisan-tulisanku atau cara lain, sebelum menjadi seorang dokter, kami diharuskan menjalani masa koas dimana kami akan dihadapkan dengan pasien sungguhan dibawah pengawasan dokter senior. Selama masa koas itu, kami diharapkan sudah dapat bertindak sebagai seorang dokter profesional terhadap pasien. Aku nggak tahu pasti karena nggak ada indikator yang eksak untuk mengukur hal ini, tapi aku merasa sudah melakukan yang terbaik untuk setiap pasien yang menjadi tanggung jawabku saat itu.

Menanyakan keadaan pasien hari itu, mendengarkan setiap keluh kesah, membantu memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien, melaporkan kondisi mereka ke dokter penanggung jawab, berurusan dengan keluarga pasien, bahkan menerima komplain dari mereka. Semua itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami para koas. 

Menjadi seseorang yang punya pengetahuan lebih di bidang medis juga membawa pengaruh dalam keluarga, terlebih jika hanya kita yang bisa ditanyai mengenai bidang tersebut. Mulai banyak anggota keluarga yang menanyakan soal keluhan yang dirasakannya, meminta penjelasan soal berbagai penyakit, cara untuk hidup lebih sehat, dan sebagainya. 

Nggak jarang juga setelahnya berita mengenai diri kita sebagai seseorang yang memahami dunia kesehatan tersebar ke teman-teman atau orang-orang lain disekitar kita. Mulai banyak om dan tante yang belum pernah kita temui sebelumnya menghubungi kita untuk meminta konsultasi soal berbagai hal mengenai kesehatan mereka. Setelah om dan tante itu, rantai ini akan berlanjut ke anak-anak mereka, atau teman-teman mereka yang lain.

Mulai banyak orang-orang yang mengenal, dan menganggap dirimu adalah seorang dokter meskipun dirimu belum cukup kompeten untuk itu.

Aku senang kok melakukan itu semua, siapa sih yang nggak senang kalau keberadaan mereka dibutuhkan oleh orang lain? Siapa sih yang nggak senang kalau keberadaan mereka bisa membantu? Siapa sih yang nggak senang kalau keberadaan mereka bisa menjadikan hidup seseorang lebih baik? 

Bukan berarti aku meminta bayaran juga atas apa yang kulakukan selama ini, karena toh hingga detik tulisan ini dibuat, aku masih belum menjadi seorang dokter yang sah dan berhak menerima bayaran untuk pelayanan yang kulakukan, kan. Buat teman-teman yang membaca tulisan ini juga, aku menulis hal ini bukan karena aku nggak suka dengan keadaan ini lho. Aku malah sangat senang kalau bisa membantu teman-teman dengan ilmu yang kudalami ini.

Hanya saja, setelah banyak bergumul dengan urusan "pasien", aku lupa dengan urusan diriku sendiri.  Aku jadi terkadang kepikiran buat "kepengen sakit", pengen gitu ngerasain gimana sih dijenguk orang, gimana sih diperhatiin keadaannya, gimana sih didengerin keluhannya. Gimana sih rasanya jadi pihak yang menerima kekuatan dari orang lain? To be on the receiving end, gitu.

Dih, tiba-tiba tulisannya udah panjang aja. Diakhir tulisan ini, aku bakal klarifikasi lagi biar teman-teman nggak salah paham. Aku senang dan mensyukuri keadaanku saat ini kok. Bisa membantu orang lain atau teman-teman dengan apa yang sudah kupelajari membawa kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri buatku, dan aku nggak mengharapkan balasan apa-apa untuk itu. Paling nggak sampai saat aku menjadi dokter secara legal nantinya. :P

Aku cuma mengingatkan diriku sendiri kalau mungkin aku bisa membantu orang lain, namun aku harus sadar kalau aku tidak akan selalu kuat. Dan suatu saat nanti ketika aku merasa tidak lagi mampu bertahan, aku boleh gantian jadi pihak yang diselamatkan, kan?

Cheers. ;)

Image courtesy from: http://images.hoy.com.py/uploads/118602/dsc01470__destacado.jpg







Comments

Post a Comment

Popular Posts