I Hope, Therefore I Am

Yo everyone! Kebetulan hari ini aku ada sedikit waktu luang, jadi aku ingin membuat tulisan panjang seperti biasa. Apa teman-teman percaya dengan kekuatan pengharapan? Apa teman-teman setuju kalau sesuatu dengan kemungkinan berhasil 1% masih mungkin untuk diwujudkan? Apa teman-teman akan mempertaruhkan keinginan teman-teman pada kemungkinan 1% tersebut meskipun berarti bersikap naif? Aku punya cerita yang cukup berkesan mengenai hal ini. ;) 

Minggu lalu, hari Sabtu tanggal 9 April 2016, diadakan sebuah event hobi Trading Card Game (TCG) berskala nasional di Supermal Karawaci, Lippo Karawaci, Tangerang. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir dalam tugas koasku di sebuah kota dekat Lippo Karawaci, jadi aku sudah merencanakan untuk datang ke event tersebut jauh hari sebelumnya. Melihat pengalaman kelompok yang mendapat tugas yang sama sebelumnya, seharusnya aku dapat pulang di pagi hari dan mengikuti event di Karawaci ini.

Namun, memang dasar hidup koas itu selalu penuh ketidakjelasan, hingga hari Jumat kelompok kami belum mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian kelulusan stase, yang berarti kami harus menjalani ujian di hari Sabtu, hari dimana event TCG ini berlangsung. Aku yang udah menantikan event ini tentunya kecewa berat, dan berusaha mencari akal agar aku tetap bisa mengunjungi event tersebut meski hanya sebentar.

Jumat malam itu, aku tetap memasukkan seluruh keperluanku kedalam koper dan mempersiapkan segalanya sehingga hari Sabtu nanti aku dapat secepatnya berangkat ke Karawaci untuk menghadiri event tersebut. Saat itu, ada temanku yang menanyakan hal seperti ini, "Kenapa sih lu ngebet banget mau pulang cepet besok? Kita udah pasti ujiannya sore, dokter penguji kita tuh sibuk banget!". Waktu itu, aku hanya bisa menjawab kalau aku hanya berusaha untuk dapat pulang secepatnya, karena ada event yang harus kukejar.

I know that I was being naive at that time. Aku tahu kalau jawabanku itu sebenarnya hanyalah sebuah keinginan besar dengan kemungkinan terkabul yang kecil. Jadwal dokter penguji kami sangat tidak dapat dipastikan, dan rencana seorang koas bukanlah hal yang pantas dipedulikan dibawah kuasa dokter penguji. Selain itu, aku yang saat itu tidak membawa kendaraan pribadi juga tentunya harus menggantungkan keberhasilan rencanaku kepada seorang temanku yang juga "mungkin" ingin kembali ke Karawaci secepatnya.

Aku tahu kalau aku pasti terlihat ngotot banget didepan temanku, mungkin juga aku terlihat aneh, atau terkesan memburu-buru dia padahal bukan aku yang menentukan kapan akan ke Karawaci, wong dia yang bawa mobil. Memang sih aku ngga secara langsung memintanya untuk cepat berberes dan semacamnya, tapi mungkin terasa seperti itu. Aku ngga akan cari alasan untuk membantah itu semua.

Akhirnya, hari Sabtu pun tiba, dan akhirnya juga kami mendapat kepastian mengenai jadwal ujian dari dokter penguji kami. Karena beliau harus mengikuti acara perkumpulan dokter seluruh Indonesia di daerah Jakarta Pusat yang letaknya cukup jauh dari tempat kami bertugas, ujian bagi kami akan dilaksanakan pada jam 6 sore hari Sabtu. Melihat jadwal yang masih menyisakan banyak waktu kosong sebelum ujian, ditambah tidak ada lagi kegiatan yang harus kami lakukan sambil menunggu ujian, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di Karawaci. 

Keinginanku yang naif ternyata bisa terwujud! Aku akhirnya bisa mengunjungi event TCG tersebut, bertemu dengan orang-orang yang ingin kutemui, dan merasakan meriahnya suasana saat itu meski hanya 2 jam, sebelum akhirnya harus kembali untuk ujian.

Lewat pengalaman ini aku sadar, bahwa ngga selamanya naif itu buruk. Meskipun keadaan membuat kita tidak memiliki kendali apapun dalam mewujudkan keinginan kita, aku yakin kalau kita akan selalu diberikan yang terbaik, asal kita mau terus berharap.

I'd rather be naive than to lose hope

Cheers. :D

Image courtesy from: http://img.picturequotes.com/2/11/10575/never-stop-believing-in-hope-because-miracles-happen-everyday-quote-1.jpg

Comments

Post a Comment

Popular Posts