The Biggest Gift

Yo everyone! Sudah 2.5 bulan berlalu sejak tulisanku yang terakhir disini, sama seperti stase mayor yang baru saja kulewati selama 10 minggu terakhir. Berarti, lagi-lagi kesibukan koas menjadi alasan utama aku nggak menulis di blog ini selama itu. Banyak alasan, ya?

Kalau cukup rajin mengikuti tulisan-tulisanku sebelumnya, pasti teman-teman menyadari kalau aku sering berkeluh kesah mengenai kehidupanku selama masa koas. Aku juga berkali-kali menulis sebagai usaha untuk memotivasi diriku sendiri, yang sayangnya terkadang hanya menambah semangatku untuk sementara waktu.

Aku cukup sering mempertanyakan alasanku mengambil jalan ini, dengan segala kesulitan yang sedang kualami dan harus kulewati nanti di masa depan. Apalagi melihat teman-teman seangkatanku yang sudah bisa mencari pendapatan sendiri secara full-time setelah lulus kuliah, atau mereka yang bisa bekerja dengan santai sesuai hobi masing-masing, bahkan bisa punya penghasilan lebih untuk hura- hura. Jarang kan ada orang yang memutuskan menjadi dokter karena hobi "melihat orang sakit" atau "suka dengan suasana rumah sakit"?

Sejujurnya, terkadang aku iri dengan mereka. Aku juga ingin segera bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri tanpa terlalu banyak membebani orang tuaku. Apalagi, sekarang aku juga punya hobi dan kepentingan- kepentingan yang ingin kupenuhi. Singkatnya, aku menyesal mengambil kuliah di jurusan kedokteran.  

Tapi, suatu pikiran tiba-tiba menyadarkanku. Bahwa sama seperti aku tidak lagi ingin hidup sebagai seorang dokter muda, pasti ada orang lain yang mati-matian menginginkan kehidupan seperti milikku.

Kita cenderung melihat kehidupan seseorang hanya dari sisi positifnya, tanpa mengetahui betapa sulitnya jalan yang harus dilalui untuk mencapai itu semua. Mungkin enak kalau sudah punya penghasilan yang stabil dan bisa mencukupi setiap kebutuhan mulai dari yang primer hingga tersier, tapi memangnya uang itu jatuh dari langit? Atau tumbuh di pohon? 

Bisa saja sebelum sampai ke level itu mereka harus mencicil pinjaman ke bank, atau bersusah payah bekerja membanting tulang tanpa istirahat yang cukup, atau mengurangi waktu bersenang-senang selama masa muda mereka. Siapa yang tahu pengorbanan apa yang diperlukan untuk mendapatkan semua kemewahan itu? 

Kita semua yang saat ini masih bisa hidup dengan layak, bersyukurlah. Mungkin saja dibalik setiap keluh kesah yang kita keluarkan, dalam setiap penyesalan yang kita rasakan, ada orang lain yang begitu mendambakan untuk berada di posisi kita. Apapun yang kita jalani saat ini, segala kelebihan dan kekurangannya, pastilah memiliki alasan tertentu yang mungkin belum bisa kita pahami sekarang. Tapi percayalah, bahwa tempat kita berpijak sekarang, kondisi yang kita hidupi sekarang, adalah kehidupan yang terbaik bagi kita.    

Life is your biggest gift. Living it to the fullest no matter how hard, is always a better choice than spending it yearning for others'.

P.S. Aku tahu kalau semua tulisanku sebagian besar terdengar naif dan hipokritik, tapi terkadang hal-hal seperti ini perlu diingatkan bukan? Aku bukan yang terbaik, tapi semoga bisa membantu teman-teman semua.

Cheers. :) 

Image courtesy from: https://i.pinimg.com/736x/8c/5e/a6/8c5ea6105a274aa8480595e8c1f7601f.jpg

Comments

Popular Posts