The Beginning of Memories

Yo everyone! Buat yang masih sekolah, sekarang kan pasti udah masuk ke masa-masa liburan, selamat berlibur! Buat yang lagi kuliah, ada yang masih UAS, ada yang masih diterpa badai tugas, tetap bersemangat yah!

Ok, di tulisan kali ini, aku mau cerita sedikit tentang gimana blog ini bisa terbentuk, dan apa-apa aja yang udah kupelajari semenjak aku mulai menulis. Mungkin sekarang aku udah bisa disebut seorang penulis kali ya? Ehem ehem...

Blog ini kumulai ketika masih duduk di bangku SMA. Waktu itu, aku terinspirasi untuk membuat sebuah blog dari buku Kambing Jantan karangan Kak Raditya Dika. Buat yang belum pernah baca, coba baca deh, mumpung lagi liburan, bisa membantu mengisi liburan kalian dengan tawa, hahaha. Kalau mungkin belum kenal Raditya Dika lewat buku, minimal pasti pernah lihat muka Kak Dika di poster-poster film bioskop kayak Manusia Setengah Salmon, atau nonton video serial di Youtube dengan judul Malam Minggu Miko. Nggak pernah juga? Cari deh dari sekarang. Recommended.

Keinginanku untuk menulis sebuah blog semakin diperkuat oleh Aria. Seperti yang teman-teman tahu, Aria juga seorang penilis, dan dia juga punya blog sendiri. Buat yang pengen tahu alamat blog-nya, silahkan baca tulisanku satu per satu, aku ada menyelipkan linknya di salah satu tulisanku *metode promosi blog sendiri*. Yaah, zaman-zaman SMA itu zaman-zamannya alay, zamannya kita berusaha PDKT sama cewek yang kita suka dengan cara-cara konyol, tapi kadang sukses besar. Jadilah aku ngedeketin Aria sambil minta diajarin tips & trick menjadi seorang penulis dan blogger. Awalnya cuma sekedar ajang PDKT, sekarang malah ketagihan buat nulis, biarpun kadang-kadang bolos nulis... Gomennasai...

Sebenarnya, blog ini kumaksudkan untuk menjadi sebuah diary kecil yang mencatat pengalaman-pengalaman yang kualami, dan kupikirkan dalam satu bulan. Aku bermaksud membuat blog ini menjadi sebuah diary dengan sedikit unsur humor, dan sebuah pelajaran yang bisa dipetik didalamnya. Meskipun mungkin pendapat dan pelajaran yang diambil setiap orang berbeda-beda, paling tidak siapa tahu ada yang setuju dengan apa yang kutuliskan di blog ini, dan bahkan memberi sedikit pelajaran buat pembaca sekalian. :)

Selain blogging, aku juga pernah mencoba untuk mengikuti beberapa lomba cerpen, meskipun sampai sekarang nggak pernah menang. Dalam dunia menulis ini, aku cuma pernah mendapat satu prestasi, dan itu dalam lomba menulis flash fiction. Seperti namanya, flash fiction ini adalah tulisan fiksi yang kilat, paling banyak hanya sekitar 500 kata. Nah, waktu itu, tulisanku dan Aria termasuk dalam 50 tulisan terbaik dalam lomba tersebut, dan tulisan kami dimasukkan kedalam sebuah buku berjudul Simfoni Balqis. Buat yang tertarik dengan buku yang berisi kumpulan flash fiction terbaik dalam lomba tersebut, bisa menghubungiku lewat email, dan kita bisa bernegosiasi disana. :)

Yak, cukup dulu untuk sejarahnya. Karena saat ini aku sedang berkuliah di Fakultas Kedokteran, otomatis saat dewasa nanti aku berkeinginan untuk menjadi seorang dokter. Karena itu, kegiatan menulis ini sementara hanyalah sebuah hobi yang menyenangkan bagiku. Mungkin ada yang berpikir kalau "Jadi dokter kan bisa sambil nulis kayak Kak Ferdiriva Hamzah *Penulis serial CaDo-CaDo* atau Kak Andreas Kurniawan *Pencetus tim Koas Racun*." Nggak dulu deh, saat ini aku memutuskan untuk lebih fokus kuliah. Siapa tahu dimasa depan nanti kalian bakal melihat sebuah buku berjudul "Eternal Memories" di Gramedia? Siapa tahu...

Menjadi seorang penulis itu nggak mudah, terutama dalam soal orisinalitas ide. Jika kita perhatikan dengan seksama, hampir semua ide-ide terkenal seperti serial Hunger Games atau Divergent adalah pengembangan dan penggabungan dari ide-ide yang sudah ada. Misalnya dalam Divergent, pemisahan masyarakat kedalam fraksi-fraksi dan kisah pelarian dari pemerintahan pusat mengingatkan kita pada serial Hunger Games. Bedanya, dalam Divergent digunakan pembagian fraksi berdasarkan sifat dasar, sedangkan dalam Hunger Games berdasarkan mata pencaharian utama penduduknya. Atau dalam cerita dimana para Divergents adalah yang bisa menguasai kelima sifat dasar manusia, seperti Avatar yang menguasai keseluruhan empat elemen dalam serial Avatar: The Legend of Aang.  Tapi, para penulis serial ini tahu cara mengembangkan dan menyampaikan cerita ini kepada pembaca sehingga tidak membuat penonton bosan karena merasa mambaca buku yang sama.

Semakin banyak referensi yang kita ketahui, dan semakin kita mengambil referensi itu dari tempat yang jarang diketahui orang banyak, orang akan menganggap ide kita orisinil, karena mereka tidak tahu sebenarnya ide cerita itu digabungkan dan diadaptasi dari mana. Misalnya aku, aku adalah seorang pecinta anime dan film-film dari Jepang. Jika memperhatikan masyarakat Indonesia saat ini yang seleranya lebih cenderung ke arah Korea dan barat, seandainya aku mengambil referensi dari cerita-cerita yang kudapat dari film Jepang dan mengembangkannya, orang akan menganggap ide ceritaku orisinil, karena mereka tidak pernah mendengar cerita yang mirip dengan itu sebelumnya. Tidak bermaksud menjelekkan, tapi contoh nyata ada pada beberapa sinetron dalam negeri, misalnya Ganteng -ganteng Harimau, atau Kau yang Berasal dari Matahari *sensor*. Siapa yang nggak tahu kalau cerita dalam film itu diadaptasi dari mana?

Intinya, menjadi seorang penulis itu nggak cuma sekedar menulis. Banyak aspek-aspek yang harus diperhatikan, seperti kreatifitas, selera pasar, keinginan editor, tema tulisan dan masih banyak lagi. Semuanya harus seimbang, nggak bisa hanya mementingkan selera pasar dan membuang orisinalitas seperti sinetron-sinetron diatas. Kayak businessman aja ya? Semoga tulisan ini bisa sedikit membuka pandangan seperti apa rasanya menjadi penulis itu, dan apa aja yang bisa dipelajari dengan menjadi seorang penulis.

Apa aku udah bisa disebut seorang penulis? Silahkan tulis jawabannya dikolom komentar ya, terima kasih.

Cheers. :)



Comments

Popular Posts