Try Everything

Yo everyone! Koas. Itu. Sibuk. Dan sejak memulai kehidupan per-koas-anku, aku jadi begitu menghargai waktu senggang yang kumiliki untuk menulis disini, untuk sekedar berbagi cerita dengan teman-teman atau menyemangati diriku sendiri lewat tulisan. Beberapa waktu yang lalu, aku akhirnya diberi kesempatan untuk menginjak usia yang baru. Semakin tua, semakin dewasa. ;)

Menyambut usiaku yang baru, aku ingin sedikit membagikan cerita mengenai perbedaan diriku saat masih polos dulu dengan diriku yang sekarang. Salah satu perubahan sederhana yang terjadi seiring bertambahnya usiaku adalah preferensi gaya rambut. Hingga masa-masaku di SMA, aku selalu menghindari gaya rambut mohawk karena menganggap potongan rambut seperti itu adalah potongan rambut khas geng anak-anak nakal. Apalagi gaya rambut dengan potongan yang lebih tipis pada sisi-sisinya. Aneh. Selain itu, pasaran banget lagi. Tapi semenjak masuk kuliah dan mendapat saran dari seorang hairstylist, akhirnya aku mencoba untuk memakai potongan rambut mohawk dengan sisi samping dan belakang bawah yang lebih tipis. Ajaibnya, gaya rambut seperti inilah yang aku gunakan hingga sekarang.

Perubahan lain adalah soal selera pada barang-barang yang kugunakan. Baru-baru ini, aku ketagihan menggunakan produk-produk yang memiliki motif army sebagai dasarnya, mulai dari pakaian hingga tema hp. Padahal, hingga tahun terakhirku di perkuliahan aku tidak pernah mau berhubungan dengan produk-produk tersebut karena merasa motif army adalah untuk orang-orang macho dan sangar yang sejujurnya sangat bertolak belakang denganku. Sebuah keisengan kecil membuatku menyadari pesona tersembunyi dari motif army.

Sama seperti keadaanku di koas sekarang. Saat ini, aku sedang menjalani rotasi mayor di stase ilmu bedah selama 10 minggu. Sejak dulu hingga detik ini, aku nggak pernah suka dengan ilmu bedah. Aku nggak akan bilang benci, tapi nggak suka banget. Aku punya kekurangan dalam ketelitian dan keuletan pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan koordinasi mata dengan tangan, salah satunya adalah ilmu bedah. Suasana ruang operasi yang tidak menyenangkan ditambah kenangan buruk yang pernah kualami disana, serta prosedur-prosedur memusingkan yang harus dilakukan untuk melakukan tindakan bedah begitu menyurutkan semangatku dalam menjalani stase ini. Tapi sekali lagi, sama seperti kedua contoh diatas, bisa jadi setelah menjalani stase ini selama 10 minggu, aku bisa menumbuhkan ketertarikanku terhadap ilmu bedah meski hanya sedikit. 

Kita seringkali menghindari atau membenci sesuatu hanya berdasarkan anggapan pribadi kita, yang akhirnya membuat kita menutup mata terhadap peluang-peluang yang mungkin saja kita dapatkan apabila kita berani mencobanya. Menjalani dan melakukan hal-hal yang tidak kita sukai memang berat dan menuntut keikhlasan hati yang besar, tapi justru hanya dengan cara keluar dari zona nyaman itulah kita mungkin bisa menemukan jalan yang lebih baik bagi kita. Mungkin iya, mungkin nggak. Tapi kita tidak akan tahu sebelum mencobanya kan? ;)

Cheers. :)

http://pre11.deviantart.net/7413/th/pre/i/2010/274/9/2/touch_the_sky_by_omohit-d2zuc57.jpg


Comments

Popular Posts