Connecting
Yo everyone! Akhirnya setelah sekian lama, aku kembali punya kesempatan buat nulis disini lagi. Dalam dua bulan terakhir ini, ada banyak banget hal-hal yang terjadi dalam hidupku, mulai dari yang menyenangkan, menyedihkan, sampai hal-hal yang memberikan perubahan cukup besar dalam hidupku. Ada banyak banget yang mau kutuliskan disini, tapi karena keterbatasan waktu dan tenaga, hari ini cukup satu dulu ya? :p
Tulisan ini kutulis saat sedang kebagian tugas jaga 24 jam di ruang operasi rumah sakit tempatku koas pada hari Minggu.
"Emangnya hari Minggu ada operasi ya?"
Nggak ada. Seharusnya nggak ada. Tapi terkadang ada ibu-ibu mau melahirkan yang ngga ada angin ngga ada hujan tiba-tiba udah bukaan 9, atau tiba-tiba ada pasien usus buntu yang harus segera dioperasi, entahlah. Nah, inilah salah satu tugas kami sebagai koas jaga di hari Minggu, untuk mengabari dokter kalau ada pasien-pasien gawat darurat seperti diatas. Tapi percayalah, ngga ada satu orangpun yang mengharapkan hal tersebut.
Kembali ke tulisan, menjaga ruang operasi di hari Minggu itu sepi. Sepiiiiiiiii banget. Ditambah koas, total orang yang berjaga cuma 5 orang, itupun masing-masing punya kesibukan sendiri. Ada yang main hp, ada yang makan, ada yang tidur, ada yang ngerjain tugas *aku*, dan sebagainya, sehingga ngga terlalu banyak interaksi interpersonal yang terjadi. Intinya, aku merasa sendirian banget disini, hanya ditemani oleh hp dan laptop-ku sebagai modal buat ngerjain tugas.
Ngomong-ngomong sendirian, sejak mulai koas, aku jadi banyak banget punya waktu sendirian. Entah itu waktu aku jaga malam, kembaranku jaga malam, atau teman-teman dekatku jaga malam. Emang dari dasarnya aku tipe orang yang banyak berpikir, kalau lagi sendirian dan ngga ada yang harus dikerjakan, otak pasti jadi produktif lebih dari biasanya. Coba kalau setiap ujian kayak gini deh.. Banyak banget hal yang akhirnya malang-melintang didalam otak, mulai dari yang sepele sampai ke hal-hal yang berat banget.
Lewat kesendirian-kesendirian yang kulalui beberapa waktu ini, aku jadi bisa mengenal diriku sendiri dengan jauh lebih baik. Pikiran-pikiran yang melintas diotakku saat sendirian menggambarkan jalan pikiranku yang biasanya ngga sempat memunculkan diri saat aku sedang punya kesibukan atau saat sedang menghabiskan waktuku dengan orang lain. Pikiran yang hanya keluar untuk diriku sendiri disaat aku sedang sendiri.
Tapi, banyaknya pikiran-pikiran ini pada akhirnya membuatku sampai ke satu kesimpulan, kalau aku ngga merasa kesepian meskipun sendiri. Tapi, justru fakta bahwa aku ngga kesepian membuatku merasa kalau hidupku begitu sepi, kalau aku terlalu terbiasa sendiri. Kalau aku merasa cukup dengan diriku sendiri, dengan segala kelebihan dan kekuranganku sendiri yang timbul lewat pemikiranku sendiri. Mungkin susah diungkapkan dalam Bahasa Indonesia, tapi I feel so self-sufficient.
Suatu hari, ada seorang teman dekatku yang mengeluarkan sebuah pernyataan yang akhirnya menyadarkanku kalau aku ngga sendirian. Dia mengungkap suatu sisi dari diriku yang bahkan aku sendiri ngga tahu, atau ngga mau mengakuinya. Dia mengatakan kalau jauh didalam diriku, aku merasa kesepian, kalau sebenarnya aku ingin memiliki seseorang yang dapat menjadi tempatku menceritakan semua pikiran yang biasanya kusimpan sendiri.
Dia benar. Bahkan terlalu benar. Kalau aku ada sekarang bukan hanya karena kekuatanku sendiri, melainkan juga karena ada orang-orang lain disekitarku. Berhubungan dengan orang lain bisa membuka bagian dan potensi lain dari diriku, semuanya bergantung pada kemauanku untuk mencari dan menemukan orang-orang yang tepat untuk saling bertukar pikiran denganku.
Emang bukan hal yang mudah untuk menemukan orang seperti itu, tapi percayalah kalau kita ngga pernah, dan ngga akan pernah sendiri. Kalau disekitar kita, ada orang-orang yang dapat mengisi kekosongan dan kesepian dalam hati kita. Dan bagaimana cara menemukan mereka? Buka mata, buka hati, dan seperti magnet yang saling menarik, kita akan bertemu dengan mereka.
Cheers. :)
Tulisan ini kutulis saat sedang kebagian tugas jaga 24 jam di ruang operasi rumah sakit tempatku koas pada hari Minggu.
"Emangnya hari Minggu ada operasi ya?"
Nggak ada. Seharusnya nggak ada. Tapi terkadang ada ibu-ibu mau melahirkan yang ngga ada angin ngga ada hujan tiba-tiba udah bukaan 9, atau tiba-tiba ada pasien usus buntu yang harus segera dioperasi, entahlah. Nah, inilah salah satu tugas kami sebagai koas jaga di hari Minggu, untuk mengabari dokter kalau ada pasien-pasien gawat darurat seperti diatas. Tapi percayalah, ngga ada satu orangpun yang mengharapkan hal tersebut.
Kembali ke tulisan, menjaga ruang operasi di hari Minggu itu sepi. Sepiiiiiiiii banget. Ditambah koas, total orang yang berjaga cuma 5 orang, itupun masing-masing punya kesibukan sendiri. Ada yang main hp, ada yang makan, ada yang tidur, ada yang ngerjain tugas *aku*, dan sebagainya, sehingga ngga terlalu banyak interaksi interpersonal yang terjadi. Intinya, aku merasa sendirian banget disini, hanya ditemani oleh hp dan laptop-ku sebagai modal buat ngerjain tugas.
Ngomong-ngomong sendirian, sejak mulai koas, aku jadi banyak banget punya waktu sendirian. Entah itu waktu aku jaga malam, kembaranku jaga malam, atau teman-teman dekatku jaga malam. Emang dari dasarnya aku tipe orang yang banyak berpikir, kalau lagi sendirian dan ngga ada yang harus dikerjakan, otak pasti jadi produktif lebih dari biasanya. Coba kalau setiap ujian kayak gini deh.. Banyak banget hal yang akhirnya malang-melintang didalam otak, mulai dari yang sepele sampai ke hal-hal yang berat banget.
Lewat kesendirian-kesendirian yang kulalui beberapa waktu ini, aku jadi bisa mengenal diriku sendiri dengan jauh lebih baik. Pikiran-pikiran yang melintas diotakku saat sendirian menggambarkan jalan pikiranku yang biasanya ngga sempat memunculkan diri saat aku sedang punya kesibukan atau saat sedang menghabiskan waktuku dengan orang lain. Pikiran yang hanya keluar untuk diriku sendiri disaat aku sedang sendiri.
Tapi, banyaknya pikiran-pikiran ini pada akhirnya membuatku sampai ke satu kesimpulan, kalau aku ngga merasa kesepian meskipun sendiri. Tapi, justru fakta bahwa aku ngga kesepian membuatku merasa kalau hidupku begitu sepi, kalau aku terlalu terbiasa sendiri. Kalau aku merasa cukup dengan diriku sendiri, dengan segala kelebihan dan kekuranganku sendiri yang timbul lewat pemikiranku sendiri. Mungkin susah diungkapkan dalam Bahasa Indonesia, tapi I feel so self-sufficient.
Suatu hari, ada seorang teman dekatku yang mengeluarkan sebuah pernyataan yang akhirnya menyadarkanku kalau aku ngga sendirian. Dia mengungkap suatu sisi dari diriku yang bahkan aku sendiri ngga tahu, atau ngga mau mengakuinya. Dia mengatakan kalau jauh didalam diriku, aku merasa kesepian, kalau sebenarnya aku ingin memiliki seseorang yang dapat menjadi tempatku menceritakan semua pikiran yang biasanya kusimpan sendiri.
Dia benar. Bahkan terlalu benar. Kalau aku ada sekarang bukan hanya karena kekuatanku sendiri, melainkan juga karena ada orang-orang lain disekitarku. Berhubungan dengan orang lain bisa membuka bagian dan potensi lain dari diriku, semuanya bergantung pada kemauanku untuk mencari dan menemukan orang-orang yang tepat untuk saling bertukar pikiran denganku.
Emang bukan hal yang mudah untuk menemukan orang seperti itu, tapi percayalah kalau kita ngga pernah, dan ngga akan pernah sendiri. Kalau disekitar kita, ada orang-orang yang dapat mengisi kekosongan dan kesepian dalam hati kita. Dan bagaimana cara menemukan mereka? Buka mata, buka hati, dan seperti magnet yang saling menarik, kita akan bertemu dengan mereka.
Cheers. :)
Image courtesy from: http://www.coolweirdo.com/wp-content/uploads/2013/08/wired-brain.jpg
Comments
Post a Comment