A Trip of Experience part 2

Ok, ini kelanjutan ceritaku tentang serangkaian tes yang harus kulalui untuk masuk ke sebuah universitas di Surabaya. Tepat 1 hari sebelum tes, tanggal 16 Maret 2012, kami berempat kembali pergi ke Surabaya. Tapi kali ini, yang ada didalam mobil travel tidak hanya kami berempat + si bapak supir, ada 4 orang lain. Kami berempat ini yang masuk belakangan kedalam travel. Karena itu, kami berempat juga yang diantar paling terakhir ke tempat tujuan kami. Sepanjang perjalanan, hujan deras terus turun tanpa henti. Ditambah lagi, AC dalam mobil dinyalakan semua dengan fan maksimal. Kami berempat kedinginan setengah mati. Tapi, berhubung kami yang terakhir masuk, kami ngerasa gak enak buat ngomong sama penumpang yang lain. Setelah semua penumpang yang lain diantar ketempat tujuan mereka masing-masing, kami langsung mematikan semua AC yang ada dimobil, dan merasakan kehangatan yang melegakan. XD Tapi, penderitaan kami dalam perjalanan menuju Surabaya kami tidak berakhir begitu saja dengan AC yang mati. Tanpa sepengetahuan kami, ternyata travel yang kami tumpangi ini juga merangkap sebagai travel pengantar barang. Jadi, tanpa memprioritaskan kami yang manusia, si supir ini dengan santainya pergi ke kantor tempat dia mengambil paket yang harus dikirim, dan mengirim semuanya sampai habis dulu, baru kemudian mengantar kami ke tempat tinggal kami masing-masing selama di Surabaya. Hyah... Setelah sampai, akhirnya aku dan adikku bisa bertemu dengan orang tua kami di sebuah hotel di Surabaya, dan menikmati makan malam yang lezat setelah selama beberapa bulan terakhir hanya makan seadanya di Malang, wkwk.

Setelah makan, dimulailah perjuangan kami untuk tes tahap pertama yang harus kami lalui keesokan harinya, tes tertulis yang mengujikan matematika, fisika, kimia, biologi dan bahasa Inggris. Biasanya, jika kita udah nyampe di kamar hotel, suasana yang tercipta itu pasti suasana liburan. Kita bisa nyantai, nonton TV, ngemil, dsb. Tapi kali ini, yang kami lakukan disana itu... BELAJAR! Kamarku dan adikku terpisah dengan kamar orang tua kami. Tapi tanpa disangka-sangka, ayah kami datang ke kamar kami dan membantu kami belajar. Melihat soal-soal latihan yang kami bawa, ayah kami cuma bisa geleng-geleng kepala dan berkata, "Dulu gak belajar kayak gini kok", haha. Tapi berhubung beliau seorang dokter yang mengerti tentang biologi, beliau banyak membantu kami di mata pelajaran itu, dan yang paling kuingat itu kami bertiga membahas soal genetika tentang buta warna. Setelah selesai belajar, kami tidur dan mempersiapkan fisik dan mental untuk tes tulis esoknya. Pagi hari sebelum tes tulis, kami begitu tegang sehingga tidak bisa makan banyak. Dan tepat pukul 08.00, dimulailah tes tulis kami, dan tes tersebut berakhir pukul 12.00. Setelah tes, kami berdiskusi tentang tes tadi, dan dari kami berempat, hanya kelas kami yang diberi tahu kalau tes tulis tadi menggunakan sistem minus untuk setiap soal yang salah, jadi banyak jawaban yang dia kosongkan. Karena itu, sepanjang hari keluargaku tegang menunggu hasil tes yang katanya akan diumumkan pukul 20.00 di web universitas tersebut, tapi tidak kunjung keluar. Akhirnya, salah satu teman kami rela pergi ke universitas tersebut untuk ngeliat secara langsung hasil tes tulis tadi pagi, dan ternyata, kami berempat lulus~!!! >0< *guling2 di lantai*

Setelah lulus tes tulis, kami berempat kembali ke universitas itu untuk mengikuti tes tahap kedua, yaitu psychotest yang terbagi jadi 2 tahap, tahap tes dan wawancara. Selama tes sih gak ada masalah yang berarti, yang bermasalah itu waktu di tahap wawancara. Biarpun namanya wawancara, tapi konsep dalam tes kali ini itu diskusi. Jadi kami para calon mahasiswa dikumpulkan kedalam 1 kelompok yang terdiri dari sekitar 10 orang, dan berdiskusi mengenai suatu masalah. Selama diskusi, aku bingung dengan apa yang harus kukatakan. Aku setuju dengan semua pendapat yang sudah diutarakan oleh teman-teman kelompokku, tapi masa itu berarti aku harus manggut-manggut aja? Akhirnya, kuputuskan buat mengibarkan bendera oposisi, aku ngeluarin sebuah pendapat yang sangat bertentangan dengan pendapat-pendapat yang sudah ada selama ini, dan alhasil, hampir semua tidak setuju denganku. Aku saja tidak setuju dengan pendapatku sendiri, gimana caranya orang lain mau setuju, haha. Serba salah, apa aku harus diam dan bentuk partisipasiku hanya ngangguk-ngangguk tanda setuju, atau ngomong sesuatu yang bikin aku ditentang habis-habisan sama teman-teman dan diriku sendiri, haha. Setelah selesai, kami melanjutkan ke tahapan tes yang terakhir, yaitu tes kesehatan dan wawancara orang tua. Pagi itu, ayahku diwawancara oleh pihak universitas, sedangkan kami para calon mahasiswa diperiksa kesehatannya yang meliputi pemeriksaan mata, telinga, tinggi & berat badan, detak jantung dan tekanan darah. Sehabis tes, hari itu juga kami kembali ke Malang dan orang tua kami pun kembali ke rumah di Pontianak, sambil menunggu hasil tes yang akan diumumkan 2 hari kemudian.

2 hari berlalu, dan hasil tes kami keluar. Nama kami berempat gak tercantum di daftar anak yang lolos tes pada gelombang pertama. Aku kecewa. Adikku kecewa. Teman-temanku kecewa. Tapi, yang paling menyakitkan adalah, orang tua kami kecewa. Orang tua kami udah jauh-jauh datang dari kota asal kami untuk ikut wawancara orang tua, udah bela-belain untuk mencoba mengingat-ingat lagi pelajaran yang beliau pelajari 40 tahun yang lalu untuk bantuin kami belajar, tapi ternyata? Kami gak bisa memberikan hasil yang terbaik buat mereka... Aku gak tahu faktor-faktor apa yang bikin kami gagal, tapi yang pasti, karena nilai tes kami yang gak mencukupi untuk diterima, karena usaha dan kemampuan belajar kami yang masih kurang. Dan dengan ini, sudah 2x aku gagal dalam ujian saringan masuk sebuah universitas... 1 thing for sure, this trip and tests really give a new and valuable experience to my life, and I really hope to do better in the future. 
Fervent in spirit~!!! >0<

Comments

Popular Posts