Challenge Day 4: It's Been a Long Day Without You, My Friend

Yo, everyone! Teman-teman ada yang hobi berlangganan suatu bacaan tertentu? Entah itu novel, komik, koran, atau majalah? Sejak kecil, kira-kira saat usiaku tujuh atau delapan tahun, aku mulai menjadi pembaca setia sebuah majalah yang membahas anime, manga, dan kebudayaan Jepang, berjudul Animonster. Setiap bulan, aku selalu datang ke toko buku langgananku untuk membeli majalah itu, dan kecewa berat kalau majalahnya telat masuk ke toko buku.

Sejak SD hingga kuliah, aku tidak pernah melewatkan satu edisipun dari majalah yang terbit setiap bulan tersebut. Perasaan antusias saat menunggu Animonster terbit, semangat saat membawa buku tersebut pulang dari toko buku, serta rasa puas yang kudapat saat membaca halaman demi halaman tidak pernah kulupakan sampai sekarang.

Seiring usiaku bertambah, Animonster juga berkali-kali mengalami perubahan mulai dari modifikasi design dan layout majalah, perubahan ukuran dan bahan, pergantian jajaran redaksi, hingga pembaharuan nama menjadi Animonstar. Hal-hal ini menimbulkan kesan seakan-akan Animonstar ikut bertumbuh bersamaku, menjadikannya sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dariku. Aku tanpa Animonstar setiap bulannya bagaikan nasi goreng tanpa telur ceplok. Enak, tapi ada yang kuraaaaang gitu.

Hingga suatu hari di tahun 2014, Animonstar mengumumkan bahwa produksi mereka akan dihentikan, dan edisi terakhir hanya akan diterbitkan dalam bentuk e-book (http://www.wayang.co.id/index.php/majalah/animonster).

Di zaman modern ini, berbagai informasi dapat dengan segera dicari melalui internet. Bahkan kita bisa mendapatkan informasi tersebut jauh lebih cepat dari orang lain, termasuk informasi mengenai anime dan manga yang menjadi pokok bahasan utama dalam Animonstar. Banyaknya website yang menyediakan jasa download dan streaming video pun mempermudah konsumen untuk langsung mencari dan menonton anime-anime baru tanpa perlu menunggu review dan informasi dari majalah. Fakta ini kemungkinan menjadi penyebab berakhirnya produksi Animonstar. Menurunnya jumlah konsumen pasar menyebabkan Animonstar tidak dapat menutupi biaya produksi majalah setiap bulannya.

Sebagai seorang pembaca setia, aku tentu merasa sedih dan kecewa. Sebagai penghormatan terakhir terhadap teman seperjalananku ini, aku men-download e-book edisi terakhir tersebut. Tapi, perasaanku saat membuka edisi terakhir itu bukannya senang dan puas seperti yang biasa kurasakan, melainkan kosong dan takut. Takut kalau aku selesai membaca majalah ini, maka selesailah juga perjalananku dengannya. Karena itu hingga saat ini, aku hanya menyimpannya dalam sebuah folder di laptop-ku, dan membiarkannya tidak terbaca. Paling tidak dengan ini, aku masih bisa sedikit menipu diriku sendiri dengan mengatakan "Masih ada Animonstar yang belum gue baca nih!".

Maybe it's time to move on. Thanks for all this time, mate. :')

Cheers. :D

Image courtesy from: http://www.gwigwi.com/wp-content/uploads/2014/10/animonster-edisi-terakhir.jpg

Comments

Popular Posts